CINTA SEKOLAH

Blogg ini Didedikasikan sebagai rasa hormat untuk lembaga pendidikan dan untuk mengenang masa-masa sekolah


PPTA BALONG DALEM

Suasana Dalam Tenda
"Mepende Hate Leungitkeun Cape"
hasil Jepretan Kak. Amat Supriatna




































Sanga Kerja PPTA Angkatan 26
Balong Dalem Kec. Jalaksana
Kab. Kuningan - Jabar

Hasil Jepretan Kak. Udin Khiyarudin (UU)










Angkatan 24,25 dan Dekaseban




PPTA

Hasil Jepretan Kak Amat Supriatna




















Lomba Uji Bantara ke II

"Memasak Air dalam Botol Air Kemasan
(Seri Kompor Darurat)"
Hasil Jepretan Dekaseban


































Kisah Abadi Dalam Cinta

Bila rembulan bersinar...
Dan Bintang Gemintang berkedip...
Mereka Saksikan pujangga merangkai cerita...
Tentunya cerita cinta kita berdua...

Lewat senyuman manis pena-Nya..
ia...menutur kisah...
Kenangan manis dulu yang pernah ada...
Tak dapat kulupa dan tentunya juga kamu...

Saat pertama berpandang mata...
Hingga kini kita saling menyatakan cinta....
Merajut Asmara...
Dan....bersatu dalam asa jiwa...

BIla nanti....
Kisah dibacakan dialam syurga...
Tentulah kisah kita yang meraja...

Beribu malaikat cemburu mendengar kisah kita...
Beratus iblis menangis iri dan benci...
Kisah Romeo dan Juliet menyingkir terusir...
Begitupun Kisah Ratu Kalinyamat yang kini tlah tamat...
Para Bidadari dan pelayan Syurga berdecak kagum...

Seuntai karangan bunga mengalungi leher sang pujangga...
Dan ia selalu berdo'a...
"Semoga Jalinan Cinta Kita .....
"kan tetap Abadi..."

Pak Totto. SM. (Wa Umis) Pramuka Ber-Vespa (1)


Tubuh tinggi kurus, Berkumis tebal dan Sorot Mata Tajam, serta berkacamata, itulah sepintas gambaran Fisik seorang Guru yang begitu aku hormati dan kagumi. ya...dialah Pak Totto Sudianto Mimassya dengan gelar S.Pd, bersamanya aku tak merasa sebagai siswa tapi lebih merasa sebagai sahabat, teman dan putranya.
Dibalik keadaan fisiknya terpendam suatu sifat yang sulit untuk dicari perbandingannya, pembawaan yang lembut, kalem dan mengayomi serta mau menerima usulan dan masukan walau dari siswa, menjadikan beliau begitu cepat memikat hati siapa saja yang berbincang dengannya.
Dalam kesehariannya beliau sebagai guru, Matematika adalah bidang ajarnya di SMK BM TI Yamsik Kuningan, disamping menjabat Wakil Kepala SMKN 1 Kuningan, tak ada siapapun yang bisa disejajarkan dengannya, ketegasan dan kedisiplinan dalam mengajar sangat ia tekankan, didalam kelas beliau berubah menjadi sosok guru yang sangat mengagumkan dan membuat siswa simpati karena gaya mengajarnya begitu memikat hati.
Namun, jika beliau berada dalam suatu kegiatan lapangan, semua sifatnya lebih jelas terlihat, Beliau adalah seorang yang memiliki hoby terjun kelapangan dari pada berada di belakang meja, walau sampai saat ini (tgl. 17 Januari 2009) beliau masih tercatat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan di SMKN 1 Kuningan - Jabar, tetapi semangat untuk terjun langsung dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler tidak pernah luntur.
Beberapa prinsip dari Pak Totto atau yang lebih dikenal dengan sebutan Wa Umis diantaranya adalah :
  1. Lebih baik jadi pemain dari pada jadi penonton
  2. Lebih baik berkarya dari pada jadi karya
  3. Kegiatan lapangan lebih mengasyikan dari pada diam di ruangan
Dan banyak lagi yang tak mungkin penulis beberkan. Wa Umis, sosok sepuh dalam kepramukaan, khususnya di Ambalan Girilya-Mangkubumi Gudep 1382-1383 SMK Yamsik Kuningan, pemikirannya sering menjadi referensi bagi pembina pramuka di gudep ini dan paling sering menjadi instruktur Out Bond baik tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi, beliau masih terlalu setia untuk meninggalkan Sepeda Motor VESPA nya, mungkin terlalu banyak kenangan yang sudah tercipta bersama vesva tersebut.
Pada tahun 2003, ketika beliau menjabat Pembina Gudep di SMK Yamsik Kuningan sosok inilah yang mendorong Bantara alumni SMK Yamsik Kuningan, untuk membentuk sebuah ikatan alumni yang bergerak untuk mengkoordinir Dewan Ambalan Alumni SMK Yamsik dan turut terlibat dalam pelatihan serta pendidikan Gerakan Pramuka di Ambalan ini, dengan tujuan jangka panjang membentuk ikatan Alumni SMK Yamsik secara keseluruhan, hal ini mendapat sambutan yang luar biasa dari Alumni, bahkan mendapat persetujuan langsung dari Kepala Sekolah SMK Yamsik yang pada saat itu di jabat oleh Bapak Husein Madjid.V.Bsc. Almarhum (semoga beliau diterima disisi-Nya. Aminn).
Maka, pada tanggal 21 September 2003 ikatan alumni tersebut resmi dibentuk dengan nama DEKASEBAN (Dewan Kerja Senior Bantara), dan pada tanggal 15 Pebruari 2004 resmi mengadakan kerjasama dengan pihak Ambalan Girilaya-Mangkubumi SMK Yamsik Kuningan. atas permintaan dan saran dari Kak. Andi Rahmat (yang saat itu menjabat sebagai Pembina OSIS), maka nama Dekaseban dilengkapi dengan Ikatan Alumni SMK Yamsik Kuningan, sejak saat itu secara praktis ikatan alumni bernama Dekaseban Alumni SMK Yamsik Kuningan.
Melalui arahan dan bimbingan Wa Umis inilah Dekaseban berkembang, baik dalam segi keanggotaan maupun pendanaan, tercatat beberapa buah karya pemikiran dari Wa Umis yang direalisasikan oleh Dekaseban dalam hal penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan gerakan Pramuka khususnya di Ambalan Girilaya-Mangkubumi Gudep 1382-1383 SMK Yamsik Kuningan, diantaranya.
  1. Program Turun Galang (Bantara membimbing Penggalang di tiap SMP asalnya)
  2. Pengujian SKU yang lebih Sitematis
  3. Pembuatan Tiang bendera yang lebih variatif saat pelaksanaan PPTA
  4. Pembentukan Pasukan Pengibar Bendera yang lebih modis pada saat PPTA
  5. Pembuatan Api unggun yang lebih kreatif
  6. Pembentukan dan Penyelenggaraan Diklat PPTA
Serta masih banyak lagi buah pikiran wa umis yang sampai sekarang masih relevan untuk digunakan khususnya di gudep 1382-1383.
Namun terkadang pengabdian dan jerih payah memang tak sebanding dengan imbalan yang diterima, namun walau begitu sosok Wa Umis si Pramuka Bervespa, tetap berkarya.

Wa umis... Semangatmu adalah semangat kami
Sosokmu akan berdiri dengan gagah dalam jiwa kami
Prinsipmu akan terpatri kokoh dalam sanubari kami
Teladanmu akan mendasar kalbu kami
___________________ ***___________________

Dekaseban 1



Mengasah Keterampilan Anak Sejak Dini

Manusia sebagai makhuk sosial sering dipahami bahwa ia secara individu mempunyai kecenderungan yang kuat untuk hidup bersama orang lain atau dalam kelompok. Perilaku ini didorong oleh nalurinya untuk mempertahankan diri pada kelompoknya. Ada semacam insting bahwa ia selalu memerlukan bantuan orang lain untuk dapat hidup dan mempertahankan hidupnya, mulai dari lahir hingga meninggal dunia. Persepektif ini seolah menempatkan manusia secara individu sebagai makhluk yang lemah. Ia tidak dapat hidup jika tidak ada orang lain.

Agama mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Esensi manusia sebagai makhluk sosial lebih bermakna apabila dipahami setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap manusia lainnya. Tanggung jawabnya adalah bagaimana ia dapat berperan menciptakan tatanan kehidupan yang dapat mendukung terciptanya masyarakat yang tertib. Untuk itu setiap individu harus mempunyai ketrampilan sosial yang cukup agar dapat memberikan kontribusi demi terwujudnya tatanan kehidupan yang diidam-idamkan tersebut.
Ketrampilan sosial merupakan seperangkat sikap dan perilaku yang dapat mendorong tercipta-nya pola interaksi yang produktif dan tidak mengganggu. Permasalahannya adalah sejauh mana ketrampilan sosial telah dimiliki siswa. Sudahkah proses pendidikan membekali anak untuk menjadi warga masyarakat yang baik dan selalu peka terhadap lingkungannya ?

Keseimbangan
Proses pembelajaran di sekolah selama ini lebih mengedepankan out put lulusannya. Out put dapat diukur dengan melihat tingkat kelulusan dan rata-rata nilai akademis. Pengukuran dilakukan dengan memberikan berbagai tes ulangan harian, tengah dan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dan puncaknya adalah ujian nasional. Berbagai program disiapkan sekolah untuk memperoleh hasil nilai akademis, terutama nilai ujian nasional. Tidak segan-segan sekolah memberikan jam pelajaran tambahan (les) di pagi hari sebelum jam pelajaran pertama atau di siang/sore hari setelah jam pelajaran berakhir dan dilaksanakan pula beberapa kali try out. Singkatnya semua potensi sekolah dikerahkan demi suksesnya ujian nasional.
Akibatnya, sekolah hanya semata-mata menggarap academic skill dan kurang memperhatikan general life skill. Lebih khusus lagi yang menyangkut social skill (ketrampilan hidup sosial). Fenomena ini sungguh memprihatinkan, sehingga kita tidak perlu heran bila saat ini dijumpai siswa banyak yang pandai, namun kurang memiliki kepekaan hidup sebagai warga masyarakat yang baik. Kepedulian atau bahkan kesopanan, unggah-ungguh dan sikap menghormati orang lain begitu miskin ada pada diri para siswa. Yang muncul adalah egoisme dan kepentingan pribadi yang menonjol. Hal ini tidak semata-mata kesalahan anak, namun sekolah sebagai lembaga pendidikan formal seharusnya juga memiliki andil dan ikut bertanggung jawab atas perilaku para lulusannya.
Kecakapan sosial yang dapat dikembangkan di jenjang pendidikan antara lain kecakapan komunikasi lisan, tertulis dan bekerjasama. Belum banyak sekolah (guru) memberi peluang siswa untuk mengembangkan potensinya melalui komunikasi lisan, entah itu dengan wujud presentasi, debat, bermain peran atau pidato. Bahkan saat ini siswa mau bertanya pada guru juga sangat minim. Mereka mayoritas acuh tak acuh dan kurang responsif, meskipun guru telah memberikan kesempatan untuk bertanya.
Kecakapan tertulis sudah cukup bagus, karena seringnya guru memberi tugas atau kesempatan mengarang pada siswa. Namun akibat kurang perhatian dan pembimbingan, akhirnya siswa hanya menjalankan tugas sekadarnya demi gugurnya kewajiban. Bila kedua kecakapan ini dapat dioptimalkan akan menjadi bekal siswa dalam ajang kehidupan lebih lanjut. Siswa yang pandai belum tentu mampu mempresentasikan dan bicara secara urut dan runtut. Demikian pula siswa yang pandai mengarang, mereka belum tentu trampil dalam mengomunikasikan secara lisan.
Kecakapan kerjasama siswa juga masih lemah. Pelajaran mayo-ritas hanya ceramah dan kurang memberi kesempatan siswa untuk membangun kerjasama deng-an siswa lain. Akibatnya siswa hanya mementingkan kebutuhannya sendiri dan tumpul dalam solidaritas sosialnya. Fakta ini pantas dijadikan renungan para pendidik secara luas. Pendidikan tidak sekadar pandainya otak, namun kecerdasan sosial pantas dan harus dioptimalkan.

Solusi
Ketrampilan sosial dapat ditumbuhkan sedini mungkin. Sejak taman kanak-kanak (TK), guru dapat menugaskan peserta didik untuk selalu bekerjasama, saling tolong menolong entah dengan mengangkat meja, kursi atau dengan cerita yang mampu menggugah pentingnya orang hidup. Yakni harus menjalin kerjasama dengan orang lain.
Di jenjang sekolah dasar (SD), kepekaan sosial dapat ditumbuhkan melalui kerjasama di dalam kelas. Misalnya piket bersama, saling bantu membantu menjaga kebersihan dan anak dibiasakan untuk berani berpendapat serta bertanya pada guru menyangkut persoalan yang belum jelas. Untuk kedua jenjang ini, faktor guru benar-benar sangat dominan. Guru yang terkenal angker dan menakutkan anak, sangat tidak mendukung pengembangan ketrampilan sosial ini.
Di tingkat sekolah menengah, guru dapat menugaskan para siswa untuk menyelesaikan tugas kelompok secara baik. Guru dapat menekankan, kekompakan bagian dari penilaian. Dengan demikian dapat dipastikan siswa akan tampil secara kompak menyikapi nasihat guru tersebut. Sudahkah kita berbuat demikian ? (*)

*Oleh:
Sarbun H.S.
Guru SMPN 1 Ungaran
Jalan Progo No 26
Sidomulyo Ungaran

Radar Semarang

    PERSIB

    - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -